Halo, teman-teman! Aku mau bercerita sesuatu. Aku adalah anak kecil yang sedang belajar banyak hal. Setiap hari ada saja hal baru yang aku temui. Kadang menyenangkan, kadang membingungkan, dan kadang juga membuatku kesal. Tapi, aku masih belum bisa berbicara dengan jelas. Kalau aku merasa tidak nyaman, aku sering menangis.
Aku menangis kalau aku marah, kalau aku sedih, kalau aku merasa lelah, atau kalau aku tidak bisa mengatakan apa yang aku mau. Kadang aku juga menangis kalau aku tidak mendapatkan sesuatu yang aku inginkan. Tapi, ada satu hal yang membuatku tenang: bunda dan ayah selalu ada untukku.
Bunda dan ayah tidak langsung menyuruhku diam. Mereka tidak memarahiku saat aku menangis. Sebaliknya, mereka membantuku supaya aku merasa lebih baik. Aku ingin berbagi cerita tentang bagaimana bunda dan ayah menghadapi tangisanku.
1. Bunda dan Ayah Tetap Tenang
Ketika aku menangis dengan suara keras, aku melihat wajah bunda dan ayah. Mereka tidak ikut panik. Mereka tidak langsung membentakku atau menyuruhku diam.
Aku pernah melihat anak lain menangis dan orang tuanya marah, bahkan berteriak, “Diam! Jangan nangis terus!” Tapi, bunda dan ayah tidak seperti itu. Mereka tetap tenang. Kadang bunda duduk di sampingku, kadang ayah mengusap kepalaku pelan-pelan. Itu membuatku merasa lebih nyaman.
Aku merasa lebih aman ketika aku melihat wajah bunda dan ayah tetap lembut dan sabar.
2. Bunda dan Ayah Mencari Tahu Kenapa Aku Menangis
Aku masih kecil. Aku belum bisa menjelaskan semua yang aku rasakan. Kadang aku menangis karena aku lapar, haus, mengantuk, atau badanku terasa tidak nyaman. Tapi aku belum bisa mengatakan, “Bunda, aku lapar,” atau “Ayah, aku capek.”
Karena itu, bunda sering bertanya, “Apa Nahida lapar?” atau “Nahida capek?” Kalau aku menangis karena lapar, bunda memberiku makanan. Kalau aku menangis karena capek, ayah memelukku sampai aku merasa lebih baik.
Bunda dan ayah tidak langsung menganggap aku nakal atau manja. Mereka mencoba memahami apa yang aku rasakan. Itu membuatku merasa dihargai.
3. Bunda Tidak Langsung Menyuruh Aku Diam
Kadang, aku menangis lama. Aku menangis dengan suara keras dan air mata banyak. Tapi bunda tidak bilang, “Jangan menangis!” atau “Sudah, cukup!”
Bunda selalu mengatakan dengan lembut, “Aku tahu kamu sedih. Bunda di sini.” Kalimat itu membuat hatiku lebih tenang. Aku merasa diperhatikan dan tidak sendirian.
Ternyata, ketika aku menangis, aku butuh didengarkan. Aku tidak ingin langsung disuruh diam. Aku hanya ingin dipahami.
4. Pelukan Bunda Itu Hangat
Ada satu hal yang selalu membuatku nyaman: pelukan bunda.
Kalau aku menangis lama dan tidak bisa berhenti, bunda sering memelukku. Rasanya hangat. Pelukan bunda seperti selimut yang nyaman. Aku bisa merasakan detak jantung bunda, dan itu membuatku lebih tenang.
Ayah juga suka menggendongku sambil mengusap punggungku. Kadang ayah mengayunku pelan-pelan sambil berkata, “Ayah di sini.”
Pelukan bunda dan ayah selalu membuat tangisanku perlahan mereda.
5. Bunda Mengajak Aku Melihat Hal Lain
Kadang, aku menangis karena menginginkan sesuatu yang tidak bisa aku dapatkan. Misalnya, kalau aku menangis karena ingin mainan yang ada di toko, bunda tidak langsung membelikannya.
Tapi bunda juga tidak memarahiku.
Bunda sering mengajakku melihat hal lain. Misalnya, “Lihat deh, ada burung di luar jendela!” atau “Wah, lihat bunga ini, cantik sekali!”
Aku pun jadi tertarik melihat burung atau bunga, dan lupa kalau tadi menangis.
Bunda mengalihkan perhatianku dengan hal-hal menarik. Itu membuatku belajar bahwa aku bisa menemukan kebahagiaan dari banyak hal, bukan hanya dari apa yang aku inginkan.
6. Bunda Memberiku Pilihan
Kadang, aku menangis karena aku tidak suka sesuatu. Misalnya, aku tidak suka baju yang bunda pakaikan kepadaku.
Tapi bunda tidak langsung menggantinya.
Bunda bilang, “Nahida mau pakai baju merah atau biru?”
Aku pun memilih sendiri, dan itu membuatku senang.
Ternyata, kalau aku diberi pilihan, aku merasa lebih dihargai. Aku merasa punya kendali atas apa yang aku lakukan.
7. Bunda dan Ayah Tidak Memberi Hadiah Kalau Aku Menangis
Aku pernah menangis karena ingin sesuatu.
Tapi bunda dan ayah tidak langsung memberikannya supaya aku diam.
Kata bunda, kalau aku menangis terus untuk mendapatkan sesuatu, nanti aku jadi tidak belajar sabar.
Jadi, aku harus belajar meminta dengan baik, bukan dengan menangis.
8. Bunda Mengajarkan Aku Kata-Kata untuk Perasaanku
Aku belum bisa bicara banyak, tapi bunda mengajariku kata-kata supaya aku bisa memberitahu perasaanku.
Kalau aku marah, bunda bilang, “Oh, Nahida marah ya?” Kalau aku sedih, bunda bilang, “Nahida sedih, ya?”
Aku jadi mulai belajar mengenali apa yang aku rasakan.
Ternyata, dengan belajar mengungkapkan perasaan, aku bisa lebih mudah berkomunikasi tanpa harus menangis.
9. Bunda dan Ayah Memberi Contoh yang Baik
Aku sering melihat bunda dan ayah.
Kalau mereka marah, mereka tidak berteriak. Mereka menarik napas dan berbicara pelan-pelan.
Aku jadi belajar bahwa kalau aku marah, aku juga bisa menenangkan diri seperti bunda dan ayah.
Aku ingin seperti bunda dan ayah yang selalu bisa mengendalikan diri.
10. Bunda dan Ayah Selalu Menyayangiku
Yang paling aku suka adalah, bunda dan ayah selalu ada untukku.
Mereka tidak marah kalau aku menangis.
Mereka selalu memelukku, mendengarkanku, dan membantuku supaya aku merasa lebih baik.
Aku merasa aman karena bunda dan ayah selalu menyayangiku.
Kesimpulan: Menangis Itu Tidak Apa-Apa
Teman-teman, aku belajar satu hal penting: menangis itu tidak apa-apa.
Aku masih belajar mengenali perasaanku. Kadang aku belum bisa mengungkapkan apa yang aku mau.
Tapi aku tahu, bunda dan ayah selalu ada di sampingku, membantu aku supaya lebih tenang.
Aku senang punya bunda dan ayah yang sabar dan penuh kasih sayang.
Terima kasih, bunda dan ayah! Aku sayang kalian!