Halo te,man-teman.. Setiap sore di bulan Ramadan, rumah terasa lebih ramai. Bunda sibuk di dapur, menyiapkan makanan. Ayah menemani aku bermain sambil ia istirahat sepulang dari kantor. Tapi kadang Aku ikut membantu dengan mengambil sendok dan menyusunnya rapi. Tapi ini membantu versi aku ya hehe, mungkin bagi bunda malah jadi menambah pekerjaan bunda. Karena barang atau perabotan jadi keluar semua dari lemari, rasa penasaran ku untuk mencoba semua barang tuh lagi tinggi.
Aroma sup hangat tercium dari dapur. Ada kurma di piring kecil, air putih di gelas, dan makanan lain yang tampak enak. Aku senang melihat semua ini, tapi aku heran.
“Bunda dan Ayah, yang belum makan dari pagi terlihat sabar walaupun sudah sampai sore. Kata bunda kalau kita sudah niat puasa rasa laparpun jadi hilang. Apalagi kalau sudah terbiasa.
Aku melihat jam di dinding. Jarumnya hampir sampai ke angka enam. Sebentar lagi adzan! Aku duduk di dekat meja, menunggu bersama Ayah dan Bunda.
Ketika adzan Maghrib berkumandang, Ayah dan Bunda tersenyum. “Alhamdulillah, saatnya berbuka puasa!” kata Bunda. Aku melihat Ayah dan Bunda minum air putih dan makan kurma terlebih dahulu.
Aku penasaran. “Kenapa makan kurma dulu?” tanyaku.
Bunda tersenyum. “Supaya tubuh pelan-pelan bangun dan siap mencerna makanan.”
Ayah menambahkan, “Kurma punya gula alami yang bisa langsung memberi energi. Rasulullah ﷺ juga berbuka dengan kurma.”
Kalau tidak ada kurma, kata Bunda, bisa diganti dengan buah lain, seperti pisang atau semangka. Yang penting, tubuh mendapat makanan yang mudah dicerna dulu.
Aku memperhatikan makanan di meja. Ada sup hangat, telur, dan nasi. “Kenapa makan sup dulu sebelum nasi?” tanyaku lagi.
Bunda menjelaskan bahwa makanan berkuah seperti sup membantu perut menyesuaikan diri setelah seharian kosong. Kalau langsung makan makanan berat seperti nasi dan daging, perut bisa terasa begah atau tidak nyaman.
Aku melihat Ayah dan Bunda makan sup lebih dulu. Aku juga ingin mencoba! Aku meniup supku dan menyeruput sedikit. Hangat dan enak!
Setelah beberapa menit, barulah Ayah dan Bunda makan nasi. Tapi mereka tidak langsung makan banyak.
Aku bertanya, “tambah lagi makannya?”
Ayah menjawab, “Kalau makan terlalu banyak langsung, perut bisa kaget. Lebih baik pelan-pelan.”
Aku mengangguk. Ternyata, berbuka puasa juga ada aturannya supaya tubuh tetap sehat. Aku jadi ingat apa yang diajarkan Ayah dan Bunda:
✅ Kurma atau buah dulu → supaya tubuh cepat mendapatkan energi.
✅ Minum air putih → agar tidak dehidrasi.
✅ Makanan berkuah seperti sup → supaya perut tidak kaget.
✅ Makan nasi sedikit demi sedikit → jangan langsung banyak.
✅ Makan perlahan → agar makanan lebih mudah dicerna.
Setelah makan, Ayah bangkit dari kursinya. “Ayo, kita shalat dulu,” katanya.
Aku melihat ke arah jam. Oh, ternyata sudah masuk waktu shalat Maghrib! Ayah bilang, setelah berbuka puasa, lebih baik shalat dulu sebelum makan terlalu banyak. Jadi, tubuh tidak terasa berat saat beribadah.
Aku memperhatikan Ayah dan Bunda shalat. Setelah selesai, mereka kembali ke meja makan dan makan makanan yang lain. Aku bertanya, “Kenapa tidak makan banyak sekaligus tadi?”
Bunda tertawa kecil. “Kalau makan terlalu banyak langsung, nanti tubuh jadi lemas. Padahal, habis ini masih ada shalat tarawih.”
Aku mengangguk. Sekarang aku mengerti! Berbuka puasa bukan hanya soal makan enak, tapi juga soal menjaga tubuh tetap sehat. Aku senang belajar hal baru hari ini.
Aku ingin ingat semua yang Ayah dan Bunda ajarkan, supaya nanti kalau aku besar dan ikut berpuasa, aku bisa berbuka dengan cara yang baik. Ramadan memang bulan yang penuh berkah!