Saat bunda memulai cerita, lampu kamar sudah dinyalakan, dan kelambu tidurku sudah terbentang dengan indahnya. Bunda duduk di samping tempat tidurku, menatapku dengan lembut.
“Bunda mau cerita tentang Nabi Nuh, ya nak?” tanya bunda. Aku mengangguk kecil, mataku yang mengantuk masih mencoba untuk tetap terbuka.
“Nabi Nuh hidup sangat lama, lebih dari seribu tahun!” ucap bunda. Aku terkesiap. Seribu tahun, itu sungguh lama sekali. “Beliau hidup sekitar 950 tahun, nak. Dan selama hidupnya, Nabi Nuh selalu berusaha mengajak orang-orang menyembah Allah.”
Bunda melanjutkan, “Ada banyak orang yang tidak mau mendengarkan Nabi Nuh. Mereka lebih suka menyembah berhala dan melakukan hal-hal yang tidak baik. Tapi Nabi Nuh tidak menyerah, nak. Beliau dengan sabar dan penuh keikhlasan terus berdakwah.”
Bunda memberi tahu aku bahwa cerita Nabi Nuh banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, kitab suci kita. Salah satu ayat yang menceritakan kisah Nabi Nuh adalah dalam Surah Al-Anbiya (21:76):
“Dan (ingatlah) Nuh ketika dia berdoa dahulu, lalu Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya beserta keluarganya dari bencana yang besar.”
Bunda menjelaskan bahwa Nabi Nuh juga membangun kapal yang sangat besar karena Allah memberitahunya bahwa banjir besar akan datang. Bunda berkata, “Nabi Nuh menyelamatkan kaumnya dan hewan-hewan dengan membawa mereka naik kapal itu.”
Nabi Nuh, meskipun diutus oleh Allah untuk menyampaikan petunjuk-Nya kepada kaumnya, menghadapi kesulitan besar. Hanya sedikit orang yang benar-benar mendengarkan ajarannya, dan sayangnya, termasuk dalam orang-orang yang tidak mendengarkan itu adalah keluarga Nabi Nuh sendiri.
Istri Nabi Nuh, meskipun hidup bersama seorang nabi, tidak mau menerima ajaran suaminya. Ia termasuk yang tidak patuh kepada perintah Allah dan tergolong sebagai orang yang durhaka. Ini menjadi ujian berat bagi Nabi Nuh, melihat orang yang sangat dekat dengannya tidak mengikuti ajaran kebenaran.
Selain itu, salah satu anak Nabi Nuh, yaitu Kan’an, juga tidak mengikuti ajaran ayahnya. Saat tiba waktunya untuk naik ke dalam bahtera yang akan selamat dari banjir besar, Kan’an memilih untuk tidak ikut. Ini adalah pukulan berat bagi hati Nabi Nuh, karena melihat anaknya sendiri menolak keselamatan yang Allah berikan.
Bunda menutup ceritanya dengan sebuah hikmah, “Kisah Nabi Nuh mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan betapa pentingnya mendengarkan pesan baik dari Allah. Meskipun banyak orang tidak mendengarkan, Nabi Nuh tetap berusaha dengan penuh kesabaran.”
Aku merasa nyaman dan aman ketika bunda menyudahi ceritanya. Bunda meniup pelan ke dahi ku, dan aku bisa merasakan kelembutan sentuhan bunda. Dalam tidurku yang lelap, aku membawa cerita haru tentang Nabi Nuh dan kapalnya ke dalam mimpi.